A.PENGERTIAN
Setiap
atlet atau siapapun yang melkukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri
dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu
membahayakan. Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian
yang menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila prinsip ini
dilaksanakan maka tubuh akan siap melakukan aktifitas olahraga dengan aman.
Prinsip pencegahan cidera tersebut adalah
Kondisi fisik; adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga. Juga akan mengurangi keparahan apabila mendapatkan cidera. Kemampuan maksimal dari penampilan seorang olahragawan akan diperoleh dengan kecukupan dalam kekuatan otot dan keseimbangan, power, daya tahan, kordinasi neuromuskuler, fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler, dan komposisi tubuh yang sesuai untuk olahraga
Pemilihan metode latihan yang tepat; Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.
Rest
dan recovery; tidur yang cukup adalah prinsip penting untuk mental yang baik
dan kesehatan fisik serta menjadi bagian kritis dari recovery setelah bekerja
berat. Kronik overexertion dan kelelahan dapat membuat atlet lebih mudah
mengalami cidera Muscle
soreness; penggunaan otot yang diatas ambang kemampuan dapat memunculkan muscle
soreness (luka pada otot), kekakuan otot, dan spasme otot. Berdasarkan hipotesa
spasme otot pada luka pada otot, ischemic pada otot dan adanya nyeri pada otot
menghasilkan reflek spastik kontraksi dan dilanjutkan dengan viscous circle
ischemic, spasme dan nyeri. Sedang didasari oleh hipotesa kerusakan jaringan,
microtear dan nyeri menghasilkan rangsangan pada nerve ending sehingga
menimbulkan bengkak pada otot. Bengkak, spasme dan nyeri menandai adanya luka
pada otot. Pemberian massage yang tepat akan dapat mengurangi bengkak (oedema),
dan menurunkan spasme otot. Pemberian es dapat memfasilitasi proses penyembuhan
luka, Dan istirahat yang cukup dapat menghindari kerusakan mikroskopik dari
jaringan.
Peralatan
yang sesuai ; Sepatu merupakan peralatan yang paling harus disesuaikan dalam
setiap aktifitas olahraga . Penggunaan sepatu ini sangat individualis dan harus
dipilih secara hati hati. Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan adanya cidera seperti cidera karena tekanan yang tidak sesuai,
dan iritasi kulit yang dapat mengakibatkan adanya luka bakar pada kaki.
B. PENGERTIAN SARANA PRASARANA OLAHRAGA
Sarana prasarana olah raga adalah suatu bentuk permanen, baik itu ruangan di luar maupun di dalam. Contoh : cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb. (Wirjasanto 1984:154). Pengertian sarana prasarana tidak seperti yang di atas, namun ada beberapa pengertian lain menurut sumber yang berbeda pula. Sarana prasarana olah raga adalah semua sarana prasarana olah raga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olah raga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan olah raga (Seminar Prasarana Olah Raga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan (1978).
Sarana
olah raga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan
jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olah raga.
Prasarana olah raga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olah
raga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan
memenuhi persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olah
raga (Kumpulan Makalah Manajemen Olah Raga halaman 38). Dari beberapa pengertian
di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana oloahraga adalah sumber daya
pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang
digunakan untuk perlengkapan olah raga. Sarana prasarana olahraga yang baik
dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.
1.jenis-jenis fasilitas olahraga yang dapat menyebabkan cidera dan cara mengatasi/mencegah terjadinya cidera
a.lapangan
b.stadion
c.gor
d.hall
e.treck
and field
cara
mencegahnya yaitu singkirkan semua yang menurut anda dapat mengganggu aktifitas
olahraga anda dan mengecek kondisi lapangan apabila tidak sesuai dengan
standart maka laporkan ke pihak yang bersangkutan agar tidak menimbulkan
cidera.
2.faktor sarana pelindung
Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus lainnya.Sarana pelindung yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan/pelindung kaki dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.
a.jenis-jenis
sarana pelindung
Sarana
pelindung adalah peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang
olahraga, yang akan menghindari terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus
diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh adalah sebagai berikut :
Ø Pelindung
kepala : Helm, helmet, haed guard
Ø Pelindung muka : Masker
Ø Pelindung
mata : Gogleus
Ø Pelindung
hidung : Nose Clip
Ø Pelindung
gigi : Gum shield
Ø Pelindung
leher : Neck guard
Ø Pelindung
tangan : Glop
Ø Pelindung
badan : Body profector
Ø Pelindung
paha / tungkai : Leg guard
Ø Pelindung
lutut : Knee Pads
Ø Pelindung
alat kelamin : Genital profector
Ø Pelindung
tulang kering : Skin decker
Ø Pelindung
kaki : Sepatu
3.
Factor kebugaran jasmani
Menurut Kockey dalam Sumarjo (2002 : 43) kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta dalam keadaan darurat masih mampu melakukan pekerjaan yang tak terduga.
Menurut Sadoso Sumosardjuno (1998 : 19) kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan keperluan-keperluan yang mendadak. Dapat pula ditambahkan, kebugaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegarannya kurang, tidak akan dapat melakukannya. Menurut Muhajir (2004 : 2) kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Menurut Joko Pekik Irianto (2004 : 42) yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (Fhysical Fitness) yakni “Kemampuan seseorang melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya”.
Depdikbud (1996 : 4) kebugaran jasmani adalah kemampuan atau kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa kelelahan yang berarti. Dari pendapat beberapa ahli tentang kebugaran jasmani dapat disimpulkan bahwa, pengertian kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan aktifitas dalam keadaan yang sehat baik mental maupun fisik. Dan komponen bagi seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya. Kebugaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kordiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dan hemoglobin lebih rendah dibanding dengan pria. Hal sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena perbedaan kekuatan antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran otot baik besar maupun proporsinya dalam tubuh. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004 : 16) bahwa keberhasilan untuk mencapai kebugaran ditentukan oleh kualitas latihan meliputi: tujuan latihan, pemilihan model latihan, sarana latihan dan dosis latihan konsep FIT (Frequency, Intensit , and time).
Ø Definisi Kebugaran
Kebugaran jasmani secara harfiah berarti kesusaian fisik atau kecocokan jasmani. Berikut definisi kebugaran jasmani menurut para ahli:
a) Menurut Judith Rink dalam Mochamad
Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang
menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti,
dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya
dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila
sewaktu-waktu diperlukan.
b) Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran
jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara
efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu
luangnya.
c) Engkos Kosasih (1985: 10), kebugaran
jasmani adalah suatu keadaan seseorang yang mempunyai kekuatan (strength),
kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya
dengan efisien tanpa kelelahan.
d) Rusli Lutan (2002: 7), kebugaran jasmani
adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang memerlukan
kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.
e) Menurut Depdikbud (1997: 4), kebugaran
jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik
seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif
dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan
masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
f) T. Cholik Muthohir (1999) dalam
Ismaryati (2006: 40), menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan kondisi yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dengan produktif tanpa
mengalami kelelahan yang berarti.
g) Sadoso (1994), kebugaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa
lelah yang berlebihan, serta mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya dan untuk keperluan mendadak.
Berdasarkan
beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani
merupakan komponen seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan
efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan
tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
4. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani memiliki dua macam komponen, yaitu komponen kebugaran jasmani terkait kesehatan atau Health related fitness dan komponen kebugaran jasmani terkait keterampilan atau Skill related fitness. Berikut penjelasan mengenai komponen kebugaran jasmani.
1) Komponen Kebugaran Jasmani terkait
Kesehatan
a) Daya Tahan Jantung Paru (Cardio Respiratory
Endurance)
Daya
tahan jantung paru adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam jangka waktu
yang relatif lama dengan kelelahan yang tidak berarti dan segera pulih dalam
waktu yang singkat.
b) Kekuatan Otot (Muscle Strength)
Kekuatan
Otot adalah kemampuan tubuh mengerahkan tenaga untuk menahan beban yang
diberikan.
c) Daya Tahan Otot (Muscle Endurance)
Daya
tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang
beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka
waktu tertentu. Daya tahan otot bermanfaat untuk mengatasi kelelahan.
Pengukuran daya tahan otot dilakukan melalui Push up test, Sit up test.
d) Kelentukan (Flexibilty)
Kelentukan
adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak melalui ruang gerak sendi atau
ruang gerak tubuh secara maksimal tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau
tekanan. Kelentukan gerak tubuh pada persendian tersebut, sangat dipengaruhi
oleh : elastisitas otot, jenis sendi, struktur tulang, jaringan sekitar sendi,
tendon dan ligamen di sekitar sendi serta kualitas sendi itu sendiri.
e) Komposisi tubuh (Body compotition)
Komposisi
tubuh merupakan perbandingan jumlah lemak yang dikandung di dalam tubuh
seseorang. Jika kita memiliki kandungan lemak dalam tubuh yang berlebihan, akan
menganggu sistem kerja organ tubuh lainnya oleh karena itu, untuk mendapatkan
kebuhgaran tubuh, sebaiknya jaga asupan lemak yangi kita makan.
2) Komponen Kebugaran Jasmani terkait
Keterampilan
a) Kecepatan (speed)
Kecepatan
adalah Kemampuan seseorang untuk bergerak secepat mungkin dengan waktu
sesingkat-singkatnya setelah menerima rangsang. Kecepatan ada 3 macam, yaitu
kecepatan siklis yang merupakan pengulangan gerakan dari satu bentuk
keterampilan yang sama, kecepatan asiklis yang merupakan keterampilan yang
berkaitan dengan kecepatan dalam sebuah permainan yang menggunakan alat, dan
kecepatan reaksi yang merupakan kecepatan yang dikerahkan sebagai tanggapan dari
rangsangan yang diterima oleh tubuh dan dilakukan pada saat mendapat rangsang.
b) Daya ledak (power)
Daya
ledak merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang
dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal
dalam waktu yang secepat-cepatnya
c) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan
adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada
saat melakukan gerakan. Keseimbangan tersebut dapat berupa keseimbangan statis
(static balance) pada saat berdiri maupun keseimbangan dinamis (dynamic
balance) pada saat melakukan suatu gerakan tertentu.
d) Kelincahan (agility)
Kecepatan
merupakan kemampuan tubuh untuk merubah-ubah posisi tubuh dan mengatasi
rintangan dengan dalam waktu yang singkat. Kelincahan ini merupakan perpaduan
dari unsur kelentukan dan kecepatan, bahkan kekuatan.
e) Koordinasi (coordination)
Koordinasi
merupakan kemampuan seseorang untuk menggabungkan beberapa gerakan menjadi satu
gerakan secara tepat, cermat dan efisien. Kemampuan koordinasi sangat mendukung
penguasaan keterampilan dasar gerak. Koordinasi meliputi mata – tangan, mata –
kaki, tangan – kaki, mata – tangan – kaki, telinga – mata – kaki, dan
seterusnya.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
a. Umur
Daya
tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur,
namun penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang berolahraga teratur sejak
dini (Moeloek, 1984 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011). Kebugaran meningkat
sampai mencapai maksimal pada usia 25 – 30 tahun, kemudin akan terjadi
penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8 – 1%
per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya (Buku Panduan Kesehatan Bagi Petugas Kesehatan, 2002 dalam Ruhayati
dan Fatmah, 2011).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan
kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal
otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan
otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas paru-paru, dan sebagainya. Sampai
pubertas biasanya kebugaran pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran laki-laki dan perempuan biasanya
semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya kardiorespiratori. Hal
ini dikarenakan perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, adanya
perbedaan hormone testosterone dan estrogen, dan kadar hemoglobin yang lebih
rendah (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
c. Genetik
Level
kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik
atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang dari
sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan kekuatan,
pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan fleksibilitas, dan
keseimbangan pada setiap orang. Selain itu, sifat genetik mempengaruhi fungsi
pergerakan anggota tubuh dan kontraksi otot. Hal ini berhubungan dengan
perbedaan jenis serabut otot seseorang, dimana serabut otot skeletal
memperlihatkan beberapa struktural, histokimiawi, dan sifat karakteristik yang
berbeda-beda (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
d. Aktivitas Fisik
Secara
teoritis tingkat kebugaran setiap orang berbeda-beda artinya tidak semua orang
memiliki kebugaran jasmani pada kategori yang memadai. Aktivitas jasmani
merupakan fungsi dari kebugaran jasmani maka seseorang yang tidak memiliki
kebugaran jasmani memadai, produktivitasnya juga tidak akan sebaik orang yang
memiliki kategori kebugaran baik. Begitu juga sebaliknya seseorang yang tidak
melakukan aktivitas jasmani memadai tidak akan memiliki kebugaran yang baik
(Mahardika, 2009).
Kegiatan
fisik sangat mempengaruhi semua komponen kebugaran jasmani, latihan fisik yang
bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi atau menigkatkan
daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh (Depkes, 1994 dalam
Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Para
ahli epdemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu aktivitas
fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan aktivitas fisik tidak terstruktur
(kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan bekerja) (Williams, 2002
dalam Fatmah, 2011). Menurut Baecke (1982) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011),
terdapat tiga aspek bermakna dapat menggambarkan tingkat aktivitas fisik
seseorang, yaitu pekerjaan, olahraga dan kegiatan di waktu luang. Banyaknya
aktivitas fisik berbeda pada tiap individu tergantung pada gaya hidup
perorangan dan faktor lainnya.
Aktivitas
fisik yang dilakkan secara teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit
seperti cardiovaskuler disease (CDV), stroke, diabetes mellitus dan kanker
kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap penyakit sepertu kanker
payudara, hipertensi, osteoporosis dan risiko jatuh, kelebihan berat badan,
kondisi muskuloskleletal, gangguan mental dan psikologikal dan mengontrol
perilaku yang berisiko seperti merokok, alkohol, serta juga dapat meningkatkan
produktivitas dalam bekerja (WHO, 2008 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Aktivitas
fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, di
antaranya yaitu: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung,
2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi
kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas akibat gangguan jantung, 4)
peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5) peningkatan tubuh
(berkaitan dengan gizi tubuh), 6) meningkatkan kemampuan otot, dan 7) mencegah
obesitas (Astrand, 1992 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Kebiasaan
olahraga defenisikan sebagai suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan
terentu dengan tujuan meningkatkan efisisensi fungsi tubuh yang hasilnya adalah
meningkatkan kebugaran jasmani. Sedangkan kualitas olahraga adalah penilaian
terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya berolahraga
setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran apabila
memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes, 1994 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011):
·
Intensitas Latihan
Makin
besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut. intensitas
kesegaran jasmani sebaiknya antara 60 – 80% dari kapasitas aerobik yang
maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk olahraga kesehatan adalah
antara 72% dan 78% dari denyut nadi maksimal.
·
Lamanya Latihan
Jika
kita menghendaki hasil latihan yang baik, berarti cukup bermanfaat bagi
kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus berlatih sampai mencapai
training zone yaitu selama 15 – 25 menit.
·
·
Frekuensi Latihan
Frekuensi
latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya latihan. Olahraga
dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu minimal 30 menit
setiap berolahraga.
Pengukuran
terhadap aktivitas fisik tergolong kompleks dan tidak mudah pendekatan telah
dikembangkan, diantaranya adalah klasifikasi pekerjaan, observasi perilaku,
penggunaan alat sensor gerakan, penandaan fisologis (detak jantung) serta
penggunaan calorimeter. Namun, metode yang paling umum digunakan saat ini
adalah self-reported survey (survey dengan pelaporan diri) (Haskell dan
Kierman, 2000 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011). Pelaporan dapat dilakukan
dengan kuisioner recall yang dikembangkan oleh Baecke, et.al (1982).
Berdasarkan
riset yang dilakukan terdapat tiga aspek yang secara bermakna dapat
menggambarkan tingkat aktivitas fisik seseorang, yaitu pekerjaan, olahraga dan
kegiatan di waktu luang. Oleh karena itu, kuisioner ini meninjau aktivitas
fisik pada tiga aspek tersebut yang mencakup kategori terstruktur dan tidak
terstruktur, yaitu aktivitas fisik saat bekerja, berolahraga dan aktivitas
fisik pada waktu luang sehingga dapat diperoleh gambaran keseluruhan aktivitas
fisik seorang individu (Baecke, et.al, 1982 dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
·
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan
merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler. Pada asap tembakau
terdapat 4% karbonmonoksida (CO). daya ikat (afinitas) CO pada hemoglobin
sebesar 200 – 300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti CO lebih cepat
mengikat hemoglobin daripada oksigen. Padahal, hemoglobin berfungsi mengangkut
oksigen keselurug tubuh, dengan adanya ikatan CO pada hemoglobin maka akan
menghambat pengankutan oksigen ke jaringan tubuh yang memerlukan (Astrand, 1992
dalam Ruhayati dan Fatmah, 2011).
·
Status Gizi
Ketersediaan
zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya
tahan kardiovakuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah
melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai
untuk kegiatan fisiknya, dan tidur (Ruhayati dan Fatmah, 2011).
Status
gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang
dapat diukur dari berbagai dimensi (Jelliffe dan Jelliffe, 1989 dalam Fatmah,
2011). Menurut Almatsier (2009) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011) status nutrisi
(nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi.
0 komentar:
Posting Komentar